The Dark Knight Rises, Kita Butuh Simbol untuk Menggerakkan

130104-tdkr

Durasi 165 menit seolah tak cukup untuk memuaskan mata atas keindahan gambar demi gambar yang tertuang dalam akhir sebuah trilogi saga Batman (The Dark Knight). Christopher Nolan, Sang Sutradara, telah berhasil membawa sebuah dimensi baru atas tutur visual fiksi komik ke dalam nuansa film yang realistis. Nolan membawa trilogi Batman dengan amunisi cerita yang sedemikian cerdas, dengan bumbu kenakalan di sana-sini, dan didukung oleh karakter-karakter dengan pendekatan fenomenal (Joker tidak pernah tampil sedemikian menakutkannya sebelumnya, begitupun dengan Bane yang dapat hadir begitu menggetarkan), aksi-aksi fantastis dan dibalut oleh teknis visual yang sangat menakjubkan, teknologi terbaru dunia film diusung dengan cermat tanpa harus membabi buta memanfaatkannya, semua tersaji utuh dalam membangun kekuatan cerita

Nolan membutuhkan karakter Bane untuk melakukan teror yang keras dalam akhir saga di The Dark Knight Rises (TDKR). Komik Batman: Bane of the Demon 1 (Maret 1998) menuliskan, Bane sangatlah cerdas, Ra’s al Ghul mengatakan bahwa, “Bane memiliki kemampuan otak terbesar yang pernah ia temui”. Di penjara, ia belajar sendiri berbagai disiplin ilmu hingga sampai tingkat pemahaman yang setara dengan para ahli terkemuka di masing-masing bidang. Dia menguasai enam bahasa secara aktif dan setidaknya dua bahasa misterius serta bahasa kuno yang telah mati. Di antaranya adalah Spanyol, Inggris, Urdu, Persia, dan Latin. Bane memiliki kemampuan memori eidetik (photographic memory). Dalam satu tahun, ia mampu untuk menyimpulkan identitas rahasia Batman. Sungguh Bane adalah lawan yang setimpal dengan kecerdasan Bruce Wayne (Batman). Lebih dari itu, kemampuan fisiknya pun di atas rata-rata, hasil tempaan dari guru yang sama (Ra’s al Ghul) menjadikan Bane lawan yang sepadan dengan kemampuan fisik Bruce Wayne, terlebih delapan tahun lamanya Bruce Wayne menggantungkan kostum Batman yang dimilikinya, pensiun dari aktivitas apapun di luar istananya. Fisik Bruce Wayne rapuh, jauh berjarak dengan kemampuan yang dimiliki oleh Bane yang sedemikian prima.

Bane adalah paduan kecerdasan, kekuatan dan teror yang sempurna. Bursa Efek Gotham dipilih menjadi awal dari segala teror, sebagai bentuk representasi perlawanan atas kekuasaan kelas berpunya, teror tersebut berusaha untuk mengambil kekuasaan lalu diberikan kembali kepada rakyat. Batman yang kembali turun gunung dan berupaya untuk menghentikan teror demi teror yang tercipta telah kehilangan daya fisiknya. Nolan dengan cerdas menerjemahkan satu adegan ikonis dari komik Batman, ” The Man Who Broke the Bat” yang diambil dari komik Knightfall, Bane dengan brutal mematahkan tulang punggung Batman dengan lututnya. Batman luluh lantak dihajar oleh kedigdayaan Bane. Lalu mulailah teror yang lebih sistematis tercipta, merata di seluruh penjuru Gotham. Masyarakat tersandera, bahkan seluruh polisi dapat dikunci di bawah tanah. Sistem telah gagal, kota tak dapat mengurus dirinya sendiri. Kendali aktivitas kehidupan berpindah tangan ke tangan-tangan kejahatan, hukum berjalan sekehendak penguasa. Masyarakat kehilangan harapan, tak mampu berbuat banyak, ketakutan menjadi kendali luar biasa yang mengatur gerak masyarakat. Kerusakan demi kerusakan terus berjalan, dengan harapan yang semakin sirna, terlebih nuklir telah bersiap meledak, terkunci pada titik waktu yang telah ditentukan. Masyarakat dipenuhi oleh rasa apatis karena hilangnya harapan. Hingga satu titik, revolusi dianggap menjadi jalan keluar.

Teori Pemusatan Simbolis yang kerap dikenal dengan nama analisis bertemakan fantasi (fantasy theme analysis) mengatakan bahwa sebagai titik awal adalah gambaran individu tentang realitas yang dituntun oleh cerita-cerita yang menggambarkan bagaimana segala sesuatu itu diyakini ada. Cerita-cerita atau tema-tema fantasi ini diciptakan dalam interaksi simbolis dalam kelompok-kelompok kecil serta merta berpindah dari satu orang ke orang lain dari satu kelompok ke kelompok lain untuk berbagi sebuah pandangan tentang dunia (Littlejohn & Foss, 2009). Teori tersebut menjelaskan mengapa Nolan menggunakan simbol Batman sebagai media yang dapat menjaga harapan masyarakat, menjaga fantasi warga Gotham. Batman di delapan tahun yang lalu adalah sosok yang mampu menjaga keamanan Gotham, walau isu yang beredar malah sebaliknya. John Blake, seorang polisi, begitu menjaga fantasi tersebut lewat guratan kapur berbentuk simbol Batman yang kerap ia torehkan di dinding-dinding kota. Ia dan beberapa orang anak menjaga harapan tersebut. Simbol tersebut juga yang diketengahkan oleh Nolan dengan kehadiran bombastis khas Hollywood berupa simbol Batman yang terwujud dari api yang membakar sisi gedung. Batman yang menyulut api tersebut. Batman adalah simbol yang menjaga harapan masyarakat. Sebuah simbol yang dapat dilihat oleh masyarakat Gotham secara luas. Masyarakat pada dasarnya akan senantiasa butuh simbol yang berjalan di luar institusi-institusi yang ada. Masyarakat tidak lagi membutuhkan cerita-cerita yang utuh, tetapi cukup menyingkatnya dengan hanya memberikan sebuah “pemicu” atau isyarat simbolis (Littlejohn & Foss, 2009). Di situlah fungsi simbol Batman hadir.

Tema-tema fantasi  dan bahkan pandangan retorika yang lebih besar, terdiri atas karakter, alur, tempat, dan perantara pendukung (Littlejohn & Foss, 2009). Karakter dapat berupa pahlawan, penjahat, atau pemain pendukung lainnya. Karakter Batman mewakili posisi tersebut, dia adalah sosok pahlawan yang diharapkan hadir di tengah kekacauan yang diusung oleh Bane. Alur adalah gerak perkembangan cerita, kekacauan yang tercipta menyisakan harapan akan kehadiran Batman, karena kekacauan-kekacauan yang sebelumnya hadir di tengah kota Gotham, dapat terselesaikan oleh Batman. Tempat adalah latar tempat peristiwa tersebut berlangsung, Gotham adalah tempat tersebut. Termasuk di dalamnya lokasi, perlengkapan, dan lingkungan sosio kultural. Akhirnya, perantara yang mendukung (sanctioning agent) elemen ini adalah sebuah sumber yang dapat mengesahkan cerita tersebut. Perantara ini dapat berupa keyakinan pada Tuhan, komitmen pada keadilan dan demokrasi , atau bahkan kepercayaan terhadap lawan. Lewat TDKR, warga Gotham mendapatkan pengesahan cerita lewat cerita kepahlawanan Batman.

Ketika manusia dapat berbagi tema-tema fantasi, pandangan retorika menyatukan mereka dan memberi pemahaman tentang identifikasi dengan menggunakan sebuah realitas. Kemudian mereka membangun  atau mempertahankan kesadaran bersama (shared consciousness) sebuah kelompok atau komunitas (Littlejohn & Foss, 2009). Ide dari TDKR bukan memberikan peran Batman sebagai dokter yang menyembuhkan segala penyakit yang ada. Ia adalah simbol yang dapat hadir di diri siapapun di dalam kelompok atau komunitas, ia memberikan semangat untuk memperbaiki. Ia sanggup menggerakkan tiap elemen masyarakat yang ada untuk bersama memperbaiki lembaga juga struktur yang telah rusak. Kehadiran tersebut  jelas tampak pada saat lembaga polisi sanggup hadir kembali ke tengah kota, mereka bersama-sama siap berjuang untuk melawan Bane dengan para anggotanya. Perang pun tidak dapat dihindarkan. Siapapun dapat mengambil perannya, tidak harus seorang komisaris polisi yang terbaring di rumah sakit (Komisaris Gordon), dia bisa polisi biasa namun sarat dengan kemampuan reserse (John Blake), bisa juga seorang pencuri profesional yang turut ingin mengambil peran di sana (Selina Kyle). Ia bisa menjelma menjadi siapapun, ia adalah masyarakat itu sendiri.

TDKR memberikan inspirasi dan harapan di dalamnya, kita akan senantiasa membutuhkan simbol-simbol untuk menggerakkan. Simbol yang sanggup untuk mempertahankan kesadaran bersama untuk terus bergerak positif dan konstruktif, terus memperbaiki. Ia dapat berbentuk apapun atau siapapun.

2 thoughts on “The Dark Knight Rises, Kita Butuh Simbol untuk Menggerakkan

  1. Tulisan ini sebenarnya dari paper kuliah, terbatasi oleh 1000 kata, dalam versi yang panjang tulisan ini memang membahas soal Jokowi/Ahok. Pemilih Jokowi/Ahok pada dasarnya tidak bodoh untuk benar2 yakin bahwa Jakarta akan benar2 baru keluar dari segala permasalahan saat dipimpin oleh mereka berdua. Yang dilakukan oleh para pemilih kemarin itu sebenarnya ‘hanya’ menjaga harapan, bahwa sesungguhnya Jakarta itu bisa lebih baik, Indonesia itu bisa lebih menyenangkan dari sekarang.

    Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.